Chapter 1: Kali Ini, Aku Sungguh Ingin Hidup Serius!
Tuhan, kumohon. Sampah terendah sepertiku boleh saja mati. Jadi, setidaknya tolong selamatkan mereka ini—
Di ambang kematian, aku menyadari betapa tak bergunanya aku, sampah yang tak pantas hidup dan pantas mati.
『Dengar baik-baik! Aku ini bangsawan terkemuka di kekaisaran, putra kedua dari keluarga Spoiled, klan pengguna api terkuat yang secara turun-temurun menghasilkan ksatria-ksatria hebat! Aku Havil! Lihat, api merah membara ini adalah buktinya!』
Meskipun seharusnya aku terlahir dan dibesarkan di lingkungan yang serba berkecukupan, watak asliku benar-benar busuk.
『Kalian semua tahu kan, ayahku adalah Panglima Tertinggi Militer dan kakakku adalah Pahlawan Ordo Ksatria? Jika kalian ingin berteman denganku, bersikaplah baik! Oh, ada yang tidak setuju? Jika aku menggunakan kekuasaan ayahku, mengeluarkan kalian dari akademi sihir semudah membalik telapak tangan, tahu! Atau kalian ingin dibakar?』
Menggunakan pengaruh ayah dan kakakku, aku bertindak sesuka hati bahkan setelah masuk akademi sihir.
『Jika kalian ingin aku menyukai kalian, para pria jadilah pengikutku, dan para wanita, bukalah pahamu, jika kalian top-tier akan ku perlakukan dengan baik!』
Bersikap angkuh dan merendahkan siswa lain agar tidak ada yang berani menentang itu sudah biasa. Dan yang terpenting, hubungan dengan wanita sangatlah…
『Kalian preman sampah. Berani-beraninya menculikku, hukuman mati pun masih terlalu ringan, tahu? Dan kau, 'Sword', bagus sekali! Kau memang budak
kesatriaku.』
『Hahh. Syukurlah tuan muda tidak terluka. Haah! Nngh, tu-tuan muda…』
Sword adalah budak wanita yang kubeli dari pedagang budak, dia adalah satu-satunya yang selamat dari klan tempur terkuat di benua ini yang hancur karena perang antar klan. Aku mempekerjakannya sebagai pengawal dan untuk pelayanan fisik sehari-hari.
Bahkan di akademi sihir, aku selalu membawanya sebagai pengikut, dan sengaja memakaikannya seragam yang pendek untuk menonjolkan dada, pantat, dan paha montoknya yang tinggi.
Dia memiliki paras rupawan dengan rambut panjang yang diikat ekor kuda. Aku memakaikannya seragam yang dimodifikasi sehingga dadanya, pusarnya, dan pantatnya terlihat jelas setiap kali dia bergerak sedikit, dan aku merasa senang hanya dengan melihat para pria di akademi terpancing nafsu saat melihatnya.
『Sungguh, wanita secantik ini, dengan dada dan pantat yang begitu menarik, dan yang terpenting, wanita kuat seperti ini hanya dengan dielus pantatnya olehku saja sudah gemetar.』
Baik di akademi maupun di jalanan, aku selalu bertindak seenaknya.
Aku memasukkan tanganku ke dalam rok Sword dan mengelus pantatnya yang montok, lembut, dan berisi.
Hanya dengan itu, Sword yang perkasa bergetar hebat, dan jika aku sedikit menggeser celana dalamnya, anus dan lubang memeknya bisa ku masuki sesuka hati.
『Nnhooo, nnnghh, ah, guu, tu-tuan muda… Ann, orang-orang melihat… J-jangan masukkan jari di sana… H-hentikan, kumohon…』
Meskipun tubuh ini sudah kubuahi sampai mati setiap hari, masih saja kencang dan luar biasa. Ketika jariku masuk, kedua lubang itu mengatup erat, dan cairan cinta yang hangat mengalir deras.
『Di mana ‘di sana’ itu?』
『Guh, i-itu…』
『Kalau tidak bicara, mana kutahu?』
Dan bukan hanya membuahi wanita terkuat dan paling bangga ini, mempermalukannya juga memberiku kenikmatan, dan aku kecanduan akan hal itu.
『U-uuu… Memek… L-lubang memekku dan anusku! U-uuu…』
『Kuhahahaha! Anak pintar, akan kutusuk jari tengahku sampai ke pangkal anusmu.』
『Nboooh, ooh, ogooh, nooohh!』
『Nah, berjalanlah dengan jari tengahku di anusmu… Jika kau sangat ingin aku berhenti, kita bisa langsung ke penginapan, tahu? Aku kesal dengan sampah-sampah itu, jadi akan kuhamili kau sampai mati di ranjang.』
『Ya… U-uuu… D-di penginapan…』
◇◇◇
Begitu masuk kamar penginapan, Sword berjalan menuju ranjang sambil menahan rasa malu, dan mulai membuka pakaiannya.
Baik di sekolah maupun di kota, setiap kali aku bersama Sword, aku tahu banyak pria yang menoleh, terpukau, atau memandangnya dengan tatapan mesum. Setiap kali itu terjadi, aku merasa lebih unggul.
Hanya aku di dunia ini yang bisa melakukan apa pun pada tubuh ini, pada wanita ini, kapan pun dan di mana pun sesuka hati. Itu karena aku merasa dialah Sword-ku seorang.
Aku bahkan tidak menghitung sudah berapa kali aku merasakan tubuh ini. Namun, aku sama sekali tidak pernah bosan. Aku tidak merasa akan bosan. Aku akan menikmati tubuh menarik itu lagi.
Pertama, dia mengangkat pakaian atasnya hingga menutupi kedua dadanya. Dada besar yang menyembul keluar dengan puting yang menegang sempurna.
Dengan dada yang terbuka, Sword memasukkan tangannya ke dalam rok, membuka ikatan celana dalam putihnya, dan mulai melepasnya.
Celana dalam yang dilepas itu penuh noda karena aku sudah cukup lama mengotak-atik memeknya dan anusnya dengan jariku.
"Nah, tuan muda. Sesuka Anda. Awalnya, apakah saya yang menjilat Anda? Atau Anda yang menjilat saya? Atau… langsung, m-memasukkan k-kontol dan meniduri saya?"
Sword bertanya apa keinginanku sambil memperlihatkan dadanya dan memeknya yang basah dengan mengangkat sedikit roknya sendiri.
Aku juga ingin segera memasukkan dan keluar di memek ini, tapi lebih dari itu, aku lebih ingin terus menggodanya sampai wajahnya berkerut dan mendesah.
"Tidak, belum. Sword, jangan gunakan ranjang. Tetaplah berdiri di situ."
"Eh?"
Mendengar perkataanku, Sword terlihat waspada, seolah bertanya, "Apa yang akan Anda lakukan?"
"Hei, Sword. Kau percaya diri dengan kelenturan tubuh dan kekuatan kakimu?"
"Eh? Saya tidak mengerti mengapa Anda menanyakan hal itu, tetapi kelenturan tubuh dan kekuatan kaki adalah faktor penting dalam pertempuran, jadi, lumayan."
"Begitu. Dan satu lagi. Kau bisa melakukan I-balance?" tl/n: I-balance merujuk pada gerakan atau pose dalam senam, balet, atau seni pertunjukan lainnya di mana seseorang berdiri dengan satu kaki dan mengangkat kaki lainnya lurus ke samping, membentuk huruf "I" dengan tubuhnya.
"I-balance?"
"Posisi berdiri dengan satu kaki dan mengangkat kaki lainnya lurus ke atas. Coba lakukan."
Sword masih belum mengerti maksudku. Tapi, saat dia mencoba mengangkat satu kakinya lurus ke atas seperti yang kuperintahkan, dia tersentak dan berhenti.
"Tuan muda. Sekarang?"
"Ya. Sekarang."
Akhirnya dia sadar.
Sword saat ini sudah melepas celana dalamnya, dan cairan memeknya meluap seperti banjir bandang. Dia akan melakukan I-balance dalam kondisi seperti itu.
"Ada apa? Malu? Menurutmu sudah berapa kali aku melihat memekmu? Sekarang kau peduli? Atau kau tidak bisa mendengarkan perintahku?"
"Tidak, tidak seperti itu. Ba-baiklah."
Sword tampak ragu dan malu sesaat saat pertama kali melakukan pose ini dengan memek terbuka lebar. Tapi, dia segera menguasai diri, mengangkat satu kaki, dan menunjukkan I-balance yang sempurna dengan kelenturan yang luar biasa.
"Oh, hebat sekali! Aku tidak bisa melakukannya, keseimbangan seperti ini. Kau luar biasa, Sword."
Tubuh wanita yang tinggi dan indah itu, dengan kaki terangkat tinggi dan diam di tempat, sungguh memukau. Dan karena kakinya terbuka selebar itu, memeknya dan anusnya terlihat jelas. Pemandangan yang berbeda dari posisi biasa ini memberiku perasaan baru, dan aku duduk di lantai, mengamati memek dan anus Sword yang sedang dalam posisi I-balance di depanku.
Memek berwarna merah muda dengan warna dan bentuk yang masih indah meskipun setiap hari kubuahi sampai mati, dan anus yang berkedut. Cairan dan baunya yang meluap semakin membuatku terangsang.
"Bo-bolehkah saya menurunkan kaki sekarang, tuan muda?"
"Tidak boleh. Tetaplah di posisi itu. Jika I-balance mu goyah sebelum kuperintahkan, kau akan celaka malam ini, tahu? Ini hukumanmu."
"Siap."
Pipi Sword memerah, dan dia menggigit bibirnya karena malu. Dia pasti merasa malu.
Tapi, memang Sword. Meskipun malu, postur tubuhnya tetap tegak dan kuat, dengan jari-jari kaki yang mencengkeram lantai dengan kuat, tidak bergerak sedikit pun. Bukan hanya kelenturan, tapi memang kekuatan kaki, keseimbangan, dan kemampuan fisik lainnya sangat menonjol.
Saat aku mengagumi hal itu, aku juga ingin menggodanya.
"Fuu~"
"Hyaaan, guh, tu-tuan muda!"
Ketika aku meniupkan napas ke memek dan anus Sword, dia berseru dan sedikit gemetar.
"Guh, t-tidak masalah. Hembusan angin sekecil ini tidak akan membuat saya goyah, ti-tidak mungkin."
Meskipun begitu, Sword semakin menggigit bibirnya, dan mengerahkan tenaga pada jari-jari kakinya.
Otot-otot pahanya menegang, dan lantai berderit.
Kalau begitu, bagaimana dengan ini?
"Lihat, jariku kembali~ begitu ya?"
"Ohooon♥"
Jari tengah tangan kananku masuk ke anus, dan jari tengah tangan kiriku masuk ke memeknya.
Anus sudah kuotak-atik sejak awal, dan memek sudah sangat basah, jadi keduanya mudah masuk sampai ke pangkal.
Setiap lubang mengatup erat di sekitar jariku, dan suhu tubuh serta cairan yang hangat membungkus jariku.
Menggunakan cairan itu sebagai pelumas, aku memasukkan dan mengeluarkan tanpa ampun.
"Ayo, bisakah kau menahan penetrasiku?"
"Kuhahh, guh, uuuoooh, guh, tuan mudaaa, bukan hanya handjob, tapi anus juga secara bersamaan, guh, annhh♥ Meskipun di ranjang pun tidak bisa, apalagi dalam posisi ini♥ Ohoohh♥"
"Kuhahaha, tidak boleh, tidak boleh, kalau jatuh akan dihukum lho? Ayo, ayo, ayo!"
Memeknya bukan hanya basah kuyup, bahkan sampai berbusa.
Itu berarti Sword juga merasakannya. Meskipun mempertahankan postur tubuhnya dengan kuat, sesekali dia kehilangan tenaga dan hampir jatuh.
Namun, karena dia masih belum jatuh, aku akan menaikkan level godaannya sedikit lagi.
"Pelorochupachupa."
"Haaahhh♥ Nngh, tu-tuan muda, t-tentu saja itu h-hh… d-dijilat itu, meski hanya dengan teknik jari tuan muda pun, haauuhh♥ Oral juga♥"
"Tidak boleh, tidak kuizinkan kau berhenti I-balance. Ayo, nchuu, pechuru, juzozozono."
"Haauhh, guuhh, t-tahanlah! Mempertahankan posisi ini sambil di-oral!"
Aku menjilati klitorisnya, memeknya, dengan lidahku. Sekalian juga kujilati anusnya. Dia selalu menjilat punyaku, dan dia sendiri juga selalu membersihkan anusnya dengan cermat. Aku memasukkan ujung lidahku ke dalam lubang.
"Hoooohh♥ Hooohh♥ Ohh♥ Goohh♥ Nnooohh, a-apa yang Anda lakukan! Nnhoohh♥"
Lutut Sword mulai bergetar. Mulutnya yang terkatup rapat berubah menjadi bentuk seperti paruh burung, mengeluarkan suara "nhoo".
Saat-saat seperti inilah yang selalu tak tertahankan.
Ketika wajah Sword yang mulia, yang memiliki mata penuh tekad kuat dan belum menyerah pada hidupnya, menjadi seperti ini.
"Hehe, enak sekali! Jilat lagi dong, berojububero."
"Guuh, uuh, nnhhoohh♥ Guhh, c-cu-curang, menjilati memek, menjilati anus, dan mencubit puting, c-curang sekali♥ Sampai kapan Anda akan mempermalukan saya sampai puas, ohhhooonh♥"
Aku meremas dadanya yang montok dan mencubit serta menarik putingnya.
Namun, Sword masih mempertahankan I-balance-nya, meskipun bergetar seperti anak kuda yang baru lahir.
Kalau begitu, bagaimana dengan ini?
"Oraoraoraoraora!"
"Haauu, a-aaah, aaaah, iguh, i-itu sudah, ahauuaaaaaahhh♥♥♥"
Handjob cepat. Cairan cinta berhamburan, dan akhirnya Sword yang tak tahan lagi menggeliat-geliat dan memuntahkan airnya.
"Kahh, hau, guh, a-aa, uughh."
Cairan yang menyembur deras seperti air mancur. Bukan hanya lantai, bahkan dinding kamar pun ikut terciprat.
Namun, meskipun sudah menyemburkan sebanyak itu, Sword masih mempertahankan I-balance-nya.
Sampai sejauh ini, sungguh patut diacungi jempol.
Harus diberi hadiah.
"Memang Sword-ku. Sampai sejauh ini pun tidak goyah. Kalau begitu, yang terakhir, tentu saja…"
"Haa, haa, haa, nngh, tu-tuan muda! Di-dari sini akan dimasukkan? T-tunggu, istirahat dulu! Saya baru saja keluar, kalau sampai kontol juga dimasukkan!"
Aku sudah ereksi sejak awal, dan ini sudah batas kesabaranku.
Pada Sword yang wajahnya memucat namun tetap tidak menghentikan I-balance-nya, aku langsung menusukkan kontolku yang ereksi penuh dan hampir meledak ke dalam memek Sword.
"Haaannnaaaaaaahhh♥♥♥"
"Ohoohh, hangat sekali, cengkeramannya juga berbeda dari biasanya, bagus sekali, Sword!"
Aku terus menusuknya dari samping dalam posisi seperti perahu layar, sambil tetap dalam I-balance.
Sword baru saja keluar, namun dia harus menahannya dan mengencangkan kaki serta pinggulnya. Karena sudutnya berbeda dari biasanya, cengkeraman dan gerakan di dalam memeknya luar biasa. Aku hampir keluar.
"Sword, palingkan wajahmu ke sini."
"Haann, u-guh, a-apa… Nmmph!"
Sambil menusuk, aku mencium Sword.
Membuka bibirnya yang terkatup rapat, aku memutar lidahku dan berciuman basah.
"Nmmmuuuuhhh! Nn, nnnhhh!"
Seluruh tubuh Sword bergetar karena ciuman sambil memompa. Dia menggeliat. Dan memeknya mengatup erat di sekitar kontolku. Sword menggeliatkan tubuhnya, dan hampir goyah lagi.
"Puhah, hehehe, kau yang hebat pun akhirnya mencapai batas, ya? Oraoraoraora!"
"Tch, uuu, guhh, saya, i-ini saja, annhh♥ Haauu♥ Nboohh♥♥♥ Kahh♥ Hagh, aaaaaa, aaaaaahhh♥ Kontol sungguhan♥"
Aku mempercepat pemompaan. Aku memukul kontolku dengan kekuatan penuh seolah ingin menghancurkan rahimnya. Sword mengeluarkan keringat, air mata, ingus, dan air liur seperti orang gila.
"Lihatlah, ayo, ayo, sudah batas kan? Pasti sudah batas kan! Boleh menyerah kok? Tapi, kalau menyerah malam ini akan jadi sangat buruk, lho."
"Uguahh, gaa, ti-tidak akan kalah, tidak akan kalahhh, saya, sayaaa!"
Dia masih menahan. Jari-jari kaki Sword mencengkeram lantai dan tidak melepaskannya. Sepertinya pemompaan cepat tidak bisa membuatnya jatuh. Kalau begitu, bagaimana dengan ini? Aku menghentikan pemompaan cepat, menarik pinggulku, dan perlahan-lahan menarik kontolku dari memeknya hingga ke kepala kontol.
"Feh? Tuan muda?"
Meskipun belum keluar, Sword terkejut karena aku menarik kontolku, dan wajahnya menunjukkan ekspresi ahegao yang linglung. Tapi, lengah adalah musuh besar. Aku menarik kontolku sekali, mengambil sedikit jarak, lalu menggunakan momentum untuk memasukkannya kembali dengan kuat ke bagian terdalam rahimnya seperti pukulan keras.
"Hohoooaaaaagaaaahhh♥♥♥ I-ini, sial, Hammer Kontol Press! Tuan muda masih punya teknik ini♥♥♥"
Satu pukulan membuat Sword bergetar hebat. Ya, ini teknik yang berbeda dari pemompaan cepat. Setiap kali, aku menarik kontolku, lalu menggunakan pinggulku untuk memukul rahimnya dengan sekuat tenaga. Dengan begitu, kekuatan setiap tusukan meningkat.
"Hehehe, ayooo!"
"Ngaahhh♥"
"Sekali lagi!"
"Haauu, a-aa, henti, ohyonioooohhh♥♥♥ K-kekuatan dorongan kontol yang luar biasa berat! Hari ini kekuatan penghancurnya lebih dari biasanya! T-tapi, saya tidak akan kalahhh!"
Aku kira ini akan membuatnya jatuh, tapi Sword bahkan bisa menahan ini.
"Hehe, ini pun kau tahan… Memang Sword-ku. Aku kagum padamu."
Hebat sekali. Dan aku juga merasa sangat nikmat, hasrat untuk keluar membuncah. Jika begini terus, aku mungkin akan keluar duluan dan kalah dari Sword.
Tapi, giliranku belum berakhir. Masih ada tempat untuk memasukkan kontolku. Untuk apa aku mengotak-atiknya dan melonggarkannya dengan jari sebelumnya?
"Semua ini untuk ini!"
"Nbooooohhogoohh♥♥♥"
Aku mengeluarkan kontolku dari memeknya, dan menusukkannya ke anusnya.
"Oohh~ hangat sekali~ terasa kenyal~"
"Booohh, o-oh, tuan mudaaa, s-serangan mendadak ini kelewatan! S-sejauh ini, l-anus pun!"
Wajah Sword hancur. Mulutnya berbentuk seperti paruh burung, menjadi "wajah oho".
"Hehe, serangan mendadak? Sudah berkali-kali kuotak-atik hari ini, tentu saja anus sudah pasti!"
"Kuhahh, da-dalam keadaan ini, ba-bahaya! Bahaya!"
"Ayo, ayo, anus, anus, anus~ lalu~ memek!"
"Fagaaaaaahh♥ Kahh♥ Gaah♥ Gahahh♥"
Aku memukul anusnya dengan kasar sekitar dua puluh kali, lalu mengalirkan kontolku kembali ke memeknya. Ini juga kejutan tak terduga bagi Sword, dan dia muntah.
"Hi-hidup, ini, tuan muda, i-ini lebih dari ini, I-balance tidak akan bisa dilakukan, saya akan terbanggg♥ Kontolnya keterlaluan♥ Kontolnyaaa♥ Kontolshhhaaahhh♥"
"Benar, kalahlah pada kontol! Biarkan kontolku mengalahkan kekuatan kaki dan keseimbanganmu yang tangguh!"
"Yaaaahh, tidaak mau kalahhh, kontol terkuat tapi tidak akan kalahhh♥ Meriam kontol, tidak akan kalahhh!"
Sepertinya dia sudah mencapai batasnya. Tapi, aku juga sudah tidak punya waktu lagi. Aku juga akan keluar.
"Tch, sudah kubilang menyerah saja!"
"Tidak akan kalahhh, kontol di anus itu sangat nupo-nupo tapi tidak bisa kalahhh! Luar biasa, nikmat♥ Luar biasa, nikmat♥ Tidak, bukan, tidak nikmat, su-sudah tidak kuat lagiii!"
Dan di sini, aku juga sudah di ambang batas. Bagaimanapun juga aku menahannya, aku harus mengeluarkannya. Kupikir hari ini aku bisa mengalahkannya sepenuhnya. Tidak bisa dihindari. Apakah aku harus memuntahkannya sekarang?
"Ohh, keluar, akan kukeluarkan, Sword! Terimalah di rahimmu!"
"Haauu, a-aa, aaaaaaaahh♥♥♥"
Aku memukulkan keluar penuhku yang membuat pinggulku lemas ke dalam rahim Sword.
Kontolku berkedut-kedut, rasanya seperti memeras tetes terakhir sisa cairan.
"Haa~ sungguh nikmat sampai mati~ Bagaimana, Sword?"
"Guhh, uh, haau, uh, a, guhh… Kahh♥"
Mungkin karena keluarnya berbeda dari biasanya, Sword terlihat lebih lelah dari biasanya, dan dia terengah-engah. Wajahnya juga tidak karuan, dan berubah menjadi ahegao yang mesum.
Namun, dia tetap tidak goyah dari posisi I-balance-nya. Luar biasa.
Setiap hari, aku melakukan tindakan yang benar-benar menghancurkan seorang wanita, dan aku melakukannya dengan gembira sebagai bagian dari rutinitasku.
Dan satu lagi…










