DAFTAR ISI
Prolog - Rahasia Sister
Chapter 1 - Persetubuhan yang tidak Pantas
Chapter 2 - Malam Iblis Nafsu
Chapter 3 - Hasrat Si Sister
Chapter 4 - Saat Nafsu Birahi Terlampaui
Epilog - Sister Helen yang Tercinta
***
Prolog - Rahasia Sister
Helen adalah seorang sister yang tinggal bersamaku di gereja.
Tingkah laku dan ucapannya selalu terkendali, tidak pernah terpengaruh oleh emosi. Meski tidak banyak bicara, imannya begitu kuat, dan dia memperlakukan semua orang dengan adil dan tulus.
Kalau dia sampai bisa tenggelam dalam hasrat hewani seperti itu, tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya.
Yah, tapi itu bukanlah salahnya.
Penyebabnya adalah karena ia telah dikutuk oleh iblis—seorang succubus.
Iblis rendahan yang menggoda pria dan merampas esensi kehidupan mereka. Normalnya, mereka bukanlah lawan yang berarti, cukup diusir begitu ditemukan.
Tapi, lawan kali ini benar-benar berbeda dari biasanya.
Saat senja, ketika matahari perlahan menyembunyikan dirinya, menandakan malam akan segera tiba. Para umat yang taat dan anak-anak yang kami asuh telah pulang ke rumah masing-masing, membuat gereja yang tadinya ramai kini dipenuhi keheningan.
Di tengah suasana itu, di altar utama kapel, Helen sang sister tengah memanjatkan doa.
Dengan iman yang begitu tebal, pemandangan dirinya yang berdoa dengan khusyuk setiap pagi sudah cukup untuk membuat siapa pun merasakan nuansa ilahi.
Tapi hari ini, ia berdoa di sore hari, sesuatu yang sangat jarang.
Bukannya aneh atau apa, tapi raut wajahnya yang seolah terpojok membuatku merasa ada yang tidak beres.
Apa mungkin dia punya masalah yang sangat dalam?
Terkadang, jawaban bisa didapat melalui doa. Kupikir akan lebih baik jika aku tidak mengganggunya dengan kata-kata yang tidak perlu, jadi aku memutuskan untuk mengawasinya dalam diam.
Tapi, aku tak sengaja mendengar isi gumamannya yang luar biasa gila, sampai-sampai aku meragukan telingaku sendiri.
"Aah, Tuhan. Kumohon, kepada diriku yang malang dan hina ini… berikanlah aku kontol yang indah~♥"
――…Kukira aku salah dengar, tapi――
"Nnh… aku menginginkannya… kontol… tubuhku berdenyut tak tertahankan… haahh…~♥"
Dengan desahan manis yang menyertainya, ia terus mengulang kata-kata mesum itu.
Sepertinya, ini bukan salah dengar… sial, padahal aku berharap ini hanya salah dengar.
"Sister Helen. Doa macam apa yang kau panjatkan pada Tuhan?"
Aku benar-benar tidak bisa membiarkannya, jadi aku masuk untuk menghentikannya.
Mungkin ia tidak menyadari keberadaanku sampai aku memanggilnya. Helen yang menoleh ke belakang sempat terkejut sesaat, tapi bibirnya langsung menyunggingkan senyuman.
"Nnnh, aah… anda benar-benar datang… yang kudambakan… kontol indah milik Ereas-sama…~♥"
Saat ia berdiri, sesuatu jatuh ke lantai dengan suara bruk.
Sebuah dildo kayu berbentuk pria. Benda itu berlumuran cairan tubuh yang lengket, berkilauan secara misterius saat memantulkan cahaya yang masuk dari kaca patri.
Rupanya, sambil berdoa, ia menekan-nekankan benda kayu itu ke selangkangannya.
Dengan kata lain, ia mungkin sedang beronani sambil berdoa.
"Betapa berdosanya…"
Siapa pun yang mengenal Helen yang biasanya pasti akan meragukan kewarasan mereka sendiri.
Dia yang selalu keras pada dirinya sendiri, yang memiliki iman begitu tebal hingga terkesan terlalu serius, tidak mungkin menginginkan tindakan yang menistakan Tuhan seperti ini.
Benar, ini adalah pengaruh kutukan iblis—succubus. Selama beberapa hari terakhir, ia terus tersiksa oleh kutukan ini.
"Nhaah~♥ nhaah… cepat tancapkan kontol anda yang kekar dan menegang itu ke dalam memekku yang berdosa ini~♥"
Sambil mengatakan hal itu dengan suaranya yang manis, ia duduk di atas mimbar, lalu dengan sengaja membuka selangkangannya dan memamerkan bagian pribadinya.
Bagian bawah tubuhnya sudah tidak mengenakan pakaian dalam, dan alat vitalnya yang tersembunyi itu basah oleh cairan rangsangan yang berkilauan.
Kalau sudah begini, hanya ada satu cara untuk menangani succubus ini.
"Jangan… duduk di tempat seperti itu, Sister Helen."
Aku dengan tenang menghampirinya, lalu mengangkatnya dari mimbar seolah sedang menggendongnya.
"Su… fha… aroma Ereas-sama… aroma jantan yang begitu menggoda~♥ annh… hanya dengan ini saja aku sudah terangsang…~♥"
Ia pun balas memelukku dengan erat.
"Apa kau tidak bisa menahannya sampai ke tempat tidur?"
"Ah, ya… maafkan aku. Nnnh… kalau sudah menyentuh Ereas-sama, aku tidak bisa berhenti lagi! Nnh~♥ chuchu~♥ chuchuu~♥"
Ia langsung menempelkan bibirnya ke bibirku, memprovokasiku dengan ciuman yang penuh gairah.
Aku tidak menolaknya, tapi juga tidak secara aktif membalasnya. Aku hanya membiarkan diriku mengikuti alurnya sambil mengamati keadaannya.
"Chup, nnchuu~♥ nnh~♥ rasa Ereas-sama, enak sekali~♥"
".……"
"Aah… ah, tubuhku sudah terasa panas tak tertahankan…. Annh… sentuh aku lebih hebat lagi, kumohon~♥ ah, nnh~♥"
Ia memamerkan dadanya, meremasnya sendiri sambil menempelkannya padaku.
"Hmm… gawat juga, ya."
Yah, kalau dia sudah terangsang sampai sejauh ini, sepertinya aku tidak punya pilihan selain menenangkannya di sini.
"Kau sudah terangsang sampai sejauh ini, kan?"
"Nnnh… aahn… haann~♥"
Sambil tetap menggendongnya, aku turun dari altar utama dan pindah ke lokasi yang tidak terlihat dari pintu depan.
Kupikir tidak akan ada orang yang datang lagi saat ini, tapi gereja adalah tempat yang selalu terbuka untuk domba-domba yang tersesat, jadi tidak bisa dibilang mustahil.
Selain itu, membiarkan orang lain melihatnya dalam keadaan seperti ini harus dihindari, baik demi para umat maupun demi dirinya sendiri.
"Nah… kalau begitu, mari kita mulai."
"Nkuh~♥ nnh~♥ ah~♥, yaa~♥ ahaaah~♥"
Sesuai permintaannya yang sudah terlalu terangsang, aku mengulurkan tangan ke payudaranya.
"Kunh… hauuuunh~♥ aah, enak~♥ naaahh… tangan besar Ereas-sama meremas payudaraku… afuuh, nnnh~♥"
Payudaranya jauh lebih besar dari orang kebanyakan, sangat mantap untuk diremas.
Kulitnya yang halus seolah menempel di telapak tanganku.
Lembut dan empuk, seolah kau bisa tenggelam di dalamnya tanpa batas, persis seperti marshmallow.
Itu adalah sentuhan yang akan memikat siapa saja, tidak peduli pria atau wanita.
"Haah, haan~♥ ah~♥ aah… diremas payudaranya terasa nikmat sekali… apa Ereas-sama juga terangsang? Annh…"
"Tentu saja… kau adalah wanita yang sangat cantik."
"Aku senang… nnkuh, hauuu… saat dipuji oleh Ereas-sama sambil payudaraku diremas… bagian dalam tubuhku jadi berdenyut-denyut~♥"
Dengan senyum bahagia di wajahnya, ia menerima belaianku dengan sepenuh hati.
Tapi, apa yang kulakukan ini semata-mata hanya untuk menenangkan kutukan iblis.
Karena itu, aku berusaha tetap tenang dan fokus pada belaianku, berusaha mengurangi bahaya fisik yang mungkin menimpanya akibat tindakan yang akan kami lakukan.
"Yang berdenyut-denyut bukan cuma itu, kan?"
"Aah~♥ nnh! Aah~♥"
Aku merayapkan ujung jariku ke bagian penting miliknya yang tadi ia pamerkan.
"Anda sudah memainkan memekku juga~♥ nkuh, nfuuh~♥ aah~♥ jari-jarimu bergerak-gerak licin di dalam… aaah~♥"
Lubang memeknya tentu saja sudah basah oleh cairan rangsangan, sehingga memasukkan ujung jari sangatlah mudah.
Saat aku dengan lembut membelai dinding memeknya yang licin, seluruh tubuhnya bergetar hebat sambil memberikan cengkeraman yang imut. Kyuun~♥.
Seperti yang diduga, dia baru saja memuaskan dirinya sendiri.
Ia sudah benar-benar siap untuk menerimanya.
Kalau begini, seharusnya aku tidak akan menyakiti Helen.
"Haah, nnn… hauunh~♥ tapi jari saja tidak cukup… nnnh… makanya aku ingin cepat merasakannya, Ereas-samaa~♥"
Anakku di bawah sana juga sudah menegang besar melihatnya begitu bergairah.
Baiklah, akan kutelan saja dia sekaligus.
"Ah~ ya… kalau begitu, tolong letakkan tanganmu di dinding sebelah sana, Sister Helen."
"Baik…lah… akan kulakukan~♥ naah… haah~♥"
Aku menyuruhnya berbalik dan berdiri di depan dinding, lalu menyorongkan pinggangnya yang ramping dan kecil itu ke arahku.
Langsung saja, aku benamkan kepala kontolku ke dalam lubang memeknya yang basah kuyup.
"Aku masuk… ya!"
"Kuuuunh~♥ hau, nhaaaaaaaah~♥"
Sekaligus, aku mendorong kontolku yang mengeras masuk ke dalam dirinya, hingga ke pangkal.
"Nnnh, ha, guuunh~♥ naaah… sa-sampai ke tempat yang sangat dalam, benda panas milik Ereas-sama memenuhi diriku… haah, nhaan~♥ h-hanya dengan dimasukkan saja, aku sudah merasa gila karena nikmat…~♥"
Dinding memeknya yang masih kencang dan perkasa menempel erat seolah mengisap batang kontolku.
Aku sudah sering menenangkan kutukannya, jadi ada perasaan kalau ini sudah mulai terbiasa.
Yah, tapi… memaksakan diri tetap tidak baik.
"Hmm… kalau begini, kau tidak merasa sakit, kan?"
Untuk memastikan, ia mengangguk berkali-kali tanpa menoleh.
"Ya, ya, yaa, yaaa~♥ auu… rasa sakit, aku sama sekali tidak merasakannya lagi… annh… justru sekarang, aku hanya merasakan kenikmatan, Ereas-sama~♥"
Seolah menunjukkan kegembiraannya, ia mengencangkan lubang memeknya.
Reaksi mesum dari dalam memeknya itu membuat kontolku semakin membara.
Aku harus segera menenangkannya sebelum aku sendiri muncrat.
"Kuh… kalau begitu, aku akan melakukannya dengan sekuat tenaga!"
"Nhaaaah!? Hauh, nnh~♥ ahaaaah~♥"
Sambil mencengkeram pinggangnya dengan kuat, aku menghantamkan pinggulku dengan ayunan yang kuat dan besar.
"Ereas-sama, kasaaaaar~♥ ah, nn-khunh, unh~♥ tapi itu, nikmat sekaliii! Ah, ah~♥"
Sambil mengeluarkan desahan mesum, seluruh tubuhnya bergetar karena senang.
"Nnh~♥ hauh, ah, ah, yaaa, ini dia, ini diaaa~♥ inilah kontol indah yang aku dambakan~♥ ah~♥ ah~♥"
Rupanya, dia lebih menginginkan seorang pria daripada yang kuduga.
Sambil bertumpu pada cawan suci di kapel, ia menyodorkan pinggulnya sendiri untuk menerima pasakku.
Seolah itu masih belum cukup, ia dengan mesumnya ikut menghentak-hentakkan pinggulnya, semakin memintaku.
Benar-benar, ia menjadi sangat rakus akan kenikmatan.
"Ah, uuh~♥ aahn~♥ aah, haah, haaah~♥ kontol anda yang kekar dan melengkung ke atas, hebat sekaliii~♥"
Meskipun ini karena pengaruh iblis, melihatnya begitu kacau tak terkendali membuat sisi pejantan dalam diriku ikut bereaksi panas.
"Nnh, haah, aah… di tempat seperti ini, melakukan hal seperti ini dengan tanganku sendiri… ngh~♥"
"Nnh~♥ dan membiarkan Ereas-sama melakukannya padaku… aaahn~♥ aku ini, sungguh wanita yang berdosaa… dan, betapa bahagianya diriku…~♥"
Meskipun ia mengucapkan hal-hal cabul seperti itu, mungkin di lubuk hatinya yang paling dalam, sisi dirinya yang serius masih tersisa.
Atau mungkin, harga dirinya sebagai seorang sister dan rasa malunya, membuatnya merasa semakin terangsang karena melakukan ini di kapel suci tempat seharusnya doa dipanjatkan, menambah sensasi dosa.
"Aah, nnh, kuuuuunh~♥ lagi, lebih banyak lagi, hancurkan memekku… hancurkan sampai berantakan~♥"
Ia menjadi lebih terangsang dari biasanya, mengencangkan cengkeramannya sambil mengeluarkan lebih banyak cairan rangsangan.
Seolah untuk menenangkannya, pipinya memerah, air liur menetes dari sudut bibirnya, dan ia terus mendesah.
Saat ini, dia benar-benar seperti binatang buas.
Siapa pun yang mengenal Helen yang biasanya pasti akan meragukan mata mereka sendiri jika melihatnya seperti ini.
Tapi, sosoknya yang disinari oleh cahaya dari kaca patri itu begitu indah dan sangat sensual.
"Aah, kumohon, Ereas-samaa… aanh~♥ biarkan aku muncrat seperti ini… ah, nnh~♥ karena ini begitu kasar, biarkan aku muncrat, cepat berikan aku cairan panasmu~♥"
Ia memintanya dengan putus asa dan penuh gairah.
"Kuh… tentu saja!"
Dalam situasi seperti itu, aku semakin menggenjotnya dengan lebih keras untuk yang terakhir kalinya.
"I-kh, kuhaah, aanh~♥ ah, sudah mau keluar, mau keluaaar~♥ aku mau muncrat… bersama Ereas-sama~♥"
"Ugh!"
"Nfuaaaah!! Aah, panaaaaaaaaaaaaaaaaaas~♥"
Di dalam memeknya yang kejang-kejang, aku langsung muncrat.
"Auuh~♥ akh, nhaaaah~♥ ah, d-ditekan… nnh, hauu~♥ benih-benih Ereas-sama yang melimpah, ada di dalam diriku~♥"
Sebuah hubungan seksual di dalam kapel yang seharusnya tidak pernah terjadi.
Tapi berkat itu, hari ini pun aku berhasil menenangkan Helen.
Karena pengaruh kutukan yang kuat, Helen memang terpapar hasrat seksual yang hebat, tapi ia tidak mencari sembarang pria.
Mungkin ini tidak bisa disebut sebagai sebuah penyelamat, tapi sejak hari pertama ia dikutuk, hanya akulah yang menjadi pasangannya.
Yah, tapi jika situasi ini berlanjut lebih lama, aku tidak tahu sampai kapan dia bisa bertahan.
Baik dirinya maupun aku sama sekali tidak menginginkan keadaan ini memburuk.
Untuk itu, aku harus menemukan tubuh asli iblis itu dan mengusirnya secepat mungkin.
Bahkan jika kutukannya dihilangkan, ingatannya tidak akan hilang.
Semua yang kami lakukan sekarang, termasuk hubungan seks ini, pasti akan diingat oleh Helen.
Rasanya menyakitkan untuk bertanya apa yang ia pikirkan tentang dirinya, seorang sister yang seharusnya mengabdikan diri pada Tuhan, kini justru menyerahkan diri pada nafsu.
Hanya saja, setiap kali kami melakukannya, reaksinya menjadi semakin baik.
Bukan hanya itu, sering kali ia tidak puas hanya dengan satu kali dan meminta untuk kedua, bahkan ketiga kalinya.
Dan aku, tidak bisa dipungkiri, merasakan sedikit kebahagiaan saat ia memintaku seperti itu.
Tapi, ia yang sekarang tidak melakukannya atas kehendaknya sendiri.
Di bawah pengaruh iblis, ia mencari esensi kehidupan dengan berhubungan seks dengan pria, dan merenggut nyawa mereka.
Dari luar, ia terlihat seperti menginginkannya sendiri, terpapar pada hasrat yang begitu kuat hingga bisa disebut tidak normal. Ia menderita.
Kami tidak bisa terus seperti ini selamanya.
Bukan hanya demi dirinya, tapi juga demi diriku.
"Aah… Ereas-sama, lagi… lagi…, lakukanlah… di sini, di memekku… tuangkan cairan panasmu yang banyak…~♥"
Meskipun baru saja mencapai puncak, Helen kembali menatapku dengan pandangan menggoda, lalu mulai menggerak-gerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah.
"…Nnh, haah~♥ ngh~♥ ah, haah, haah~♥"
Aku menarik pinggulnya, dan sekali lagi memasukkan batangku yang kembali tegak ke dalam memeknya.








